Jajanan Berbahaya Ditemukan di 315 Sekolah
Cairan kimia formalin dan borak ditemukan dalam jajanan anak-anak sekolah di 315 sekolah dasar (SD) di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Bahkan, ditemukan cairan kimia pewarna pakaian lainnya, yakni rhodamin B danmethanil yellow.
Kepala Subdinas Promosi Kesehatan (Promkes) Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Yahya, mengatakan sepanjang tahun 2013, petugas puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Indramayu telah memeriksa jajanan di 315 sekolah itu. "Dari penelitian yang dilakukan, ternyata ditemukan zat-zat berbahaya di semua jajanan anak-anak sekolah dasar," kata Yahya, Kamis, 20 Maret 2014.
Zat-zat berbahaya tersebut ditemukan pada jajanan jenis mi, tahu, siomay, nugget, sosis, sukoi, telor mi, usus ayam, kerupuk, cilok, lontong, simping, bolu, gulali, es sirop, es serut hingga jajanan berupa manisan.
Hasil temuan ini, menurut Yahya, sangat mencengangkan karena zat-zat tersebut berbahaya untuk kesehatan. Dampak mengkonsumsi zat kimia berbahaya itu, menurut Yahya, terasa setelah 10 tahun ke depan, di antaranya dengan timbulnya penyakit kanker.
Untuk tahun ini, ucap Yahya, pihaknya pun akan kembali melakukan penelitian tentang cairan kimia dalam makanan. "Kami akan melebarkannya dengan mengambil 720 sampel di tiga tempat," kata Yahya. Ketiga tempat itu mulai dari sekolah, pasar hingga pedagang kaki lima. Penelitian akan dilakukan sekitar April hingga November mendatang secara bertahap.
Untuk mengatasinya, Yahya mengungkapkan pihaknya sudah meminta kepada pedagang untuk tidak lagi menjual makanan yang mengandung zat berbahaya. "Semua pedagang yang terbukti menjual jajanan yang mengandung zat berbahaya sudah kami berikan sosialisasi," katanya.
Namun, ucap Yahya, yang harus juga dilakukan adalah menguatkan pengetahuan konsumen terhadap makanan yang akan mereka konsumsi. Di antaranya jika makanan itu terlalu kenyal atau berwarna mencolok, seharusnya lebih diwaspadai dan mereka pun diharapkan tidak membelinya," ujarnya.
Seorang warga Kelurahan Margadadi, Kecamatan Indramayu, Lilis Sri, mengaku sangat kaget dengan hasil penelitian tersebut. Apalagi zat-zat berbahaya itu ditemukan pada jajanan anak-anak sekolah dasar. "Padahal, mereka masih dalam masa pertumbuhan," kata Lilis.
Ia pun mendesak kepada pemerintah daerah untuk melakukan pengawasan lebih ketat lagi terhadap pedagang yang menjual jajan di sekolah-sekolah.
Komentar